Keutamaan Bulan Muharram
Bulan Muharram termasuk bulan yang istimewa. Banyak dalil yang
menunjukkan bahwa Allah dan rasul-Nya memuliakan bulan Muharram, di
antaranya adalah:
1. Termasuk Empat Bulan Haram (suci)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus...”
(QS. At-Taubah: 36)
Keterangan:
a. Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab.
b. Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab,
sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram tidak
boleh ada peperangan.
c. Az-Zuhri mengatakan:
“Dulu para sahabat menghormati syahrul hurum” (HR. Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, no.17301).
2. Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan
langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat
bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan
Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan
Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dinamakan Syahrullah (Bulan Allah)
Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Keterangan:
a. Imam An Nawawi mengatakan, “Hadist ini menunjukkan bahwa Muharram
adalah bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah.”
(Syarah Shahih Muslim, 8:55)
b. As-Suyuthi mengatakan, Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang
lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini “Al-Muharram” nama
nama islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya
sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut
bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam
datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al-Muharram, sehingga nama
bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi
‘Ala shahih Muslim, 3:252)
c. Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham (Bulan Allah
yang Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini
(Lathaif al-Ma’arif, Hal. 34). karena itu, tidak boleh ada sedikitpun
friksi dan konflik di bulan ini.
4. Ada satu hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama.
Hari itu adalah hari Asyura’. Orang Yahudi memuliakan hari ini, karena
hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari
penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau menceritakan:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau
melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya,
“Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah
menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada
hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak
menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR.
Bukhari)
5. Para ulama menyatakan bahwa bulan Muharram adalah adalah bulan yang paling mulia setelah Ramadhan.
Hasan Al-Bashri mengatakan,
Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan
akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam
setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah dari
pada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan
Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini. (Lathaiful
Ma’arif, Hal. 34)
Allahu a’lam
Berikut adalah beberapa amalan sunnah di bulan Muharram:
1. Memperbanyak puasa selama bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
“Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih
satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang
lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
Dulu hari Asyura’ dijadikan orang yahudi sebagai hari raya. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah kalian.” (HR.
Bukhari)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura’,
kemudian beliau menjawab: “Puasa Asyura’ menjadi penebus dosa setahun
yang telah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).Maksudnya dosa-dosa kecil.
wallahu'alam...
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah,
sementara orang-orang yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan: Ini
adalah hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “Kalian
lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka (orang yahudi), karena itu
berpuasalah.” (HR. Bukhari)
Keterangan:
Puasa Asyura’ merupakan kewajiban puasa pertama dalam islam, sebelum
Ramadhan. Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz radliallahu ‘anha, beliau
mengatakan:
Suatu ketika, di pagi hari Asyura’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu kampung penduduk Madinah
untuk menyampaikan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka
hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah puasa,
hendaknya dia lanjutkan puasanya.”
Rubayyi’ mengatakan: Kemudian setelah itu kami puasa, dan kami
mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain.
Jika ada yang menangis meminta makanan, kami memberikan mainan itu.
Begitu seterusnya sampai datang waktu berbuka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah Allah wajibkan puasa Ramadhan, puasa Asyura’ menjadi puasa sunnah. A’isyah radhiallahu ‘anha mengatakan:
“Dulu hari Asyura’ dijadikan sebagai hari berpuasa orang Quraisy di
masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah, beliau melaksanakan puasa Asyura’ dan memerintahkan sahabat
untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadhan, beliau tinggalkan
hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang
tidak ingin puasa Asyura’ boleh tidak puasa”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Puasa Tasu’a (puasa tanggal 9 Muharram)
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau menceritakan:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’
dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang
berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang
diagungkan orang yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal
sembilan.” Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sudah diwafatkan. (HR. Bukhari)
Adakah anjuran puasa tanggal 11 Bulan Muharram?
Sebagian ulama berpendapat, dianjurkan melaksanakan puasa tanggal 11
Muharram, setelah puasa Asyura’. Pendapat ini berdasarkan hadits:
“Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang yahudi.
Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad dan Al
Bazzar).
Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadits ini juga
dikuatkan hadits lain, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra
dengan lafadz:
“Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.”
Dengan menggunakan kata hubung “dan” sementara hadis sebelumnya menggunakan kata hubung “atau”.
Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan status hadits di atas:
Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi dengan sanad dhaif,
karena keadaan perawi Muhammad bin Abi Laila yang lemah. Akan tetapi dia
tidak sendirian. Hadits ini memiliki jalur penguat dari Shaleh bin Abi
Shaleh bin Hay. (Ittihaf al-Mahrah, hadits no. 2225)
Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa puasa tanggal 11 tidak
disyariatkan, karena hadits ini sanadnya dhaif. Sebagaimana keterangan
Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam ta’liq musnad Ahmad. Hanya
saja dianjurkan untuk melakukan puasa tiga hari, jika dia tidak bisa
memastikan tanggal 1 Muharam, sebagai bentuk kehati-hatian.
Imam Ahmad mengatakan:
Jika awal bulan Muharram tidak jelas maka sebaiknya puasa tiga hari:
(tanggal 9, 10, dan 11 Muharram), Ibnu Sirrin menjelaskan demikian.
Beliau mempraktekkan hal itu agar lebih yakin untuk mendapatkan puasa
tanggal 9 dan 10. (Al Mughni, 3/174. Diambil dari Al Bida’ Al Hauliyah,
hal. 52).
Disamping itu, melakukan puasa 3 hari, di tanggal 9, 10, dan 11
Muharram, masuk dalam cakupan hadits yang menganjurkan untuk
memperbanyak puasa selama di bulan Muharram. Sebagaimana yang dinyatakan
dalam hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah
puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Ibnul Qayim menjelaskan bahwa puasa terkait hari Asyura ada tiga tingkatan:
1. Tingkatan paling sempurna, puasa tiga hari. Sehari sebelum Asyura, hari Asyura, dan sehari setelahnya.
2. Tingkatan kedua, puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharram. Ini berdasarkan banyak hadits.
3. Tingkatan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
(Zadul Ma’ad, 2/72)
Bolehkah puasa tanggal 10 saja?
Sebagian ulama berpendapat, puasa tanggal 10 saja hukumnya makruh.
Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berencana untuk puasa tanggal
9, di tahun berikutnya, dengan tujuan menyelisihi model puasa orang
yahudi. Ini merupakan pendapat Syaikh Ibn Baz rahimahullah.
Sementara itu, ulama yang lain berpendapat bahwa melakukan puasa
tanggal 10 saja tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik, diiringi
dengan puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya, dalam rangka
melaksanakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam majmu’ fatawa, Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya:
Bolehkah puasa tanggal 10 Muharam saja, tanpa puasa sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya. Mengingat ada sebagian orang yang mengatakan
bahwa hukum makruh untuk puasa tanggal 10 muharram telah hilang,
disebabkan pada saat ini, orang yahudi dan nasrani tidak lagi melakukan
puasa tanggal 10.
Beliau menjawab:
Makruhnya puasa pada tanggal 10 saja, bukanlah pendapat yang
disepakati para ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat tidak
makruh melakukan puasa tanggal 10 saja, namun sebaiknya dia berpuasa
sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Dan puasa tanggal 9 lebih baik
dari pada puasa tanggal 11. Maksudnya, yang lebih baik, dia berpuasa
sehari sebelumnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Jika saya masih hidup tahun depan, saya akan puasa tanggal sembilan
(muharram).” maksud beliau adalah puasa tanggal 9 dan 10 muharram.
Pendapat yang lebih kuat, melaksanakan puasa tanggal 10 saja hukumnya
tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik adalah diiringi puasa sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya. (Majmu’ Fatawa Ibn Utsaimin, 20/42)
Demikian seputar keutamaan dan amalan-amalan di bulan Muharam menurut
sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, semoga kita dapat
mengamalkannya tanpa mengada-adakan amalan lain yang tidak jelas
tuntunannya. Aamiin…
Billahi taufiq wal hidayah..
Semoga Bermanfaat
==========================================================================
Virtue Month of MuharramIncluding the month of Muharram special. Many of the arguments which show that Allah and His Apostle glorify the month of Muharram, which are:
1. Including Four Months Haram (sacred)
Allah subhanahu wa ta'ala says:
"Verily,
the number months with Allah is twelve months in Allah's decree day He
created the heavens and the earth, among them four months haram. That's what (provision) straight religion ... "(Surat At-Tawbah: 36)
Description:
a. That meant four months is the month of Dhul Qa'dah haram, Dhu al-Hijjah, Muharram (three consecutive months), and Rajab.
b. Called haram months, because this month honored the Arabs, since the time of ignorance to the Islamic era. In the months that there should not be illegal war.
c. Az-Zuhri said:
"Once the companions respect Syahrul Hurum" (Narrated by Al-Mushannaf Abdurrazaq in, no.17301).
2. From Abu Bakrah radhiallahu'anhu, that the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said:
"Behold, days which rotates as when God created the heavens and the earth. One year there were twelve months. Among
them there are four months haram (sacred), three consecutive months:
Dhul Qo'dah, Dhu al-Hijjah, and Muharram, and Rajab Mudar tribe, between
Joel Tsani and Sha'ban. "(Narrated by Bukhari and Muslim)
3. Named Syahrullah (Moon God)
From Abu Hurairah radhiallahu'anhu, the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said:
"The best of fasting after Ramadhan is fasting in the month of Allah, Muharram." (Narrated by Muslim)
Description:
a. Imam
An Nawawi said, "This hadith indicates that the month of Muharram is
the most noble sunnah fasting." (Sharh Sahih Muslim, 8:55)
b. As-Suyuti
said, Named syahrullah months-while others do not get this title this
month-because the name "Al-Muharram" Islamic names. In contrast to other months. The names of other months are there in the time of ignorance. While the first, the ignorance calling this Muharram as Safar al-Awwal. Then
when datanng Islam, Allah rename this month with Al-Muharram, so the
name of this month Allah lean towards him (Syahrullah). (Sharh Suyuti 'Ala Saheeh Muslim, 3:252)
c. This month is also sometimes called: Syahrullah Al Asham (Moon God's Silence). Named so, because very honored this month (Lathaif al-Ma'arif, Hal. 34). Therefore, there can be no slightest friction and conflict in this month.
4. There was one day that was very honored by the religious community. It was the day of Ashura '. Jews
venerate today, as the day of Ashura 'is the day of victory of Moses
and the Children of Israel from Pharaoh and his army of occupation.
From Ibn Abbas radhiallahu'anhuma, he recounts:
When the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam arrived in Medina, he saw the Jews fasting on the day of' Ashura '. He
asked, "What day is it?" They replied, "A good day, the day on which
Allah saved the Children of Israel from their enemies, so that Moses
fasted on this day also as a form of thanksgiving to God. Finally,
the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said, "We (Muslims) is more
worthy honor Moses than you." Then the Prophet sallallaahu' alaihi wa
sallam fasted and ordered his companions to fast. (Narrated by Bukhari)
5. The scholars state that is the month of Muharram is the most glorious after Ramadan.
Hasan Al-Basri said,
God opened the year with a month earlier haram (Muharram) and make the end of the month haram (Dzulhijjah). There
is no month in the year, after the month of Ramadan, which is more
precious in the sight of Allah than the month of Muharram. Once the month is called Syahrullah Al-Asham (moon God is silent), as it is very noble of this month. (Lathaiful Ma'arif, Hal. 34)
Allah knows best
Here are some practice Sunnah in the month of Muharram:
1. Increase the fasting during the month of Muharram
From Abu Hurairah radliallahu 'anhu, the Prophet sallallaahu' alaihi wa sallam said:
"The best of fasting after Ramadhan is fasting in the month of Allah, Muharram." (Narrated by Muslim)
From Ibn Abbas radliallahu 'anhuma, he said:
"I
never saw the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam choose one-day for
him fasting more than others unggulkan except fasting the day of
Ashura', and fasting the month of Ramadan." (Narrated by Bukhari and
Muslim)
2. Fasting Ashura '(10th of Muharram fasting)
Abu Musa Al-Ash'ari from radliallahu 'anhu, he said:
First day of Ashura 'serve the Jews as a feast. Then the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "Puasalah you." (Narrated by Bukhari)
From Abu Qatadah Al-Ansari radliallahu 'anhu, he said:
The
Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam was asked about fasting Ashura',
then he said: "Fasting Ashura 'became sin that a year has passed."
(Narrated by Muslim and Ahmad). Means minor sins. Wallahu'alam ...
From Ibn Abbas radliallahu 'anhuma, he said:
When the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam reached Madinah, while the Jews fasted Ashura'. They say: This is the day on which Moses won against Pharaoh. Then
the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said to his companions: "You
have more right to Moses than they (the Jews), because it fasted."
(Narrated by Bukhari)
Description:
Fasting Ashura 'is the first obligation of fasting in Islam, before Ramadan. From Rubayyi bint Mu'awwidz radliallahu 'anha, he said:
One
day, in the morning of Ashura ', the Prophet sallallaahu' alaihi wa
sallam sent one man came to the village people of Medina to convey the
message: "Who's been eating in the morning then he should fast until
sunset. And who is fasting, he should continue his fast. "
Rubayyi 'said: Then after that we were fasting, and we invite the children to fast. We placed their toys out of the fabric. If anyone is crying out for food, we give the toy. And so on until it comes time to break. (Narrated by Bukhari and Muslim)
After Allah enjoined fasting Ramadan, fasting Ashura 'is Sunnah of fasting. A'ishah radhiallahu 'anha said:
"First day of 'Ashura' used as a day of fasting in the ignorance of Quraish. After the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam arrived in Medina, he was fasting Ashura' and ordered his companions to fast. After the obligatory fasting of Ramadan Allah, he left the day of Ashura '. Who wants to fast Ashura 'fasting may be, who does not want to fast Ashura' should not fasting ". (Narrated by Bukhari and Muslim)
3. Tasu'a fasting (fasting the 9th of Muharram)
From Ibn Abbas radliallahu 'anhuma, he recounts:
When the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam, fasting Ashura' and ordered his companions to fast. Then
there are friends who say: O Messenger of God, behold, the day of
Ashura is a day that honored the Jews and the Christians. Then
the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "Next year, we will
fast on the ninth." However, not until next year, the Prophet
sallallaahu' alaihi wa sallam was diwafatkan. (Narrated by Bukhari)
Is there a recommended fasting on 11 Month of Muharram?
Some scholars have argued, it is recommended fasting on 11 Muharram, Ashura fasting '. This opinion is based on the hadith:
"Puasalah Ashura 'and do the same as the model of the Jewish people. Puasalah day before or the day after. "(Narrated by Ahmad and al-Bazzar).
This hadith dihasankan by Shaykh Ahmad Shakir. This hadith also confirmed another hadith, narrated by al-Bayhaqi in Sunan Al-Kubra with lafadz:
"Puasalah day before and the day after."
By using the conjunction "and" while the hadith before using conjunctions "or".
Al-Haafiz Ibn Hajar explains the status of the above hadith:
This is narrated by Ahmad and al-Bayhaqi with a da'eef isnaad, as circumstances narrators Muhammad ibn Abi Laila weak. But he is not alone. This hadith has a line amplifier from Salih ibn Salih ibn Abi Hay. (Ittihaf al-Mahrah, hadith no. 2225)
Meanwhile, other scholars found fasting on 11 not prescribed, because the hadeeth is da'eef isnaad. As the description of Al Albani and Shaikh Shoaib Al Arnauth in ta'liq Musnad Ahmad. It's just recommended to fast three days, if he can not be sure on 1 Muharram, as a form of prudence.
Imam Ahmad said:
If
the beginning of the month of Muharram are not clear then you should
fast three days: (day 9, 10, and 11 Muharram) Ibn Sirrin explained thus.
He practices it to be sure to get fast on 9 and 10. (Al Mughni, 3/174. Taken from Al Bida 'al Hauliyah, p. 52).
In
addition, fasting 3 days, on the 9th, 10th, and 11th of Muharram, in
the scope of the hadith that recommends to reproduce fasting during the
month of Muharram. As
stated in the hadith of Abu Hurairah radliallahu 'anhu, that the
Prophet sallallaahu' alaihi wa sallam said: "The best of fasting after
Ramadan is fasting in the month of Allah, Muharram." (Narrated by
Muslim)
Ibnul Qayim explained that fasting the day of Ashura related there are three levels:
1. The most perfect levels, fasting three days. The day before Ashura, the day of Ashura, and the day after.
2. The second level, fasting the 9th and 10th of Muharram. It's based on a lot of hadith.
3. The third level, fasting on 10 only.
(Zadul Ma'ad, 2/72)
Can fasting on 10 only?
Some scholars have argued, only the law of fasting on 10 makruh. Because
the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam plan to fast the 9th, in the
following year, with the aim of fast models menyelisihi Jews. This is the opinion of Shaykh Ibn Baz rahimahullah.
Meanwhile, other scholars found fasting on 10 just is not makruh. However,
a better place, accompanied by fasting the day before or the day after,
in order to implement the Sunnah Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam.
In Majmoo 'Fataawa, Shaykh Ibn' Uthaymeen was asked:
Can fasting on 10th of Muharram, without fasting the day before or the day after. Considering
there are some people who say that the law is makrooh to fast on 10
sacred has been lost, because at the moment, people are no longer Jewish
and Christian; fasting on 10.
He replied:
Makruhnya fasting on the 10th of course, is not the opinion of the scholars agreed. Among them are some who argue not makrooh to fast only on 10, but he should fast the day before or the day after. And fasting the 9 is better than fasting on the 11th. That
is, the better, he fasted the day before, because the Prophet
sallallaahu 'alaihi wa sallam: "If I am still alive next year, I will
fast on the ninth (sacred)." Mean he is fast on 9 and 10 sacred.
Opinion more powerful, fasting on 10 just law is makruh. However, even better is accompanied by fasting the day before or the day after. (Majmu 'Fataawa Ibn' Uthaymeen, 20/42)
Similarly,
about virtue and deeds-deeds in the month of Muharam according to the
Sunnah of the Messenger of Allaah alaihi wasallam, hopefully we can
practice it without invent other deeds that are not clear admonitions. Aamiin ...
Billahi taufiq Hidayah wal ..
Hopefully Helpful
0 Comment
Selamat datang gan/sis di Blog sederhana ane ..
Silahkan berkomentar jika ada yg ingin dikoreksi atau ada pendapat lainya, but gunakan bahasa yg baik ya ..
Semoga Bermanfaat ~